Powered by:

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Thursday, January 7, 2010

Jutaan Meteor Menghujani Bumi

Meteor adalah kilauan cahaya yang muncul singkat sekali di langit-kebanyakan hanya sedetik sebelum diakhiri dengan jejak kelebatnya saja. Meteor sering disebut bintang jatuh karena memang terlihat seperti bintang yang jatuh dari langit.

Sebuah meteor muncul ketika sebuah meteorid, pecahan material keras di antariksa, memasuki atmosfer bumi. Gesekannya dengan lapisan udara itu menahan laju si meteorid, membuatnya panas dan menciptakan tampilan yang bercahaya.

Meteorid biasanya pecah berkeping sebelum menyentuh bumi. Mereka yang berhasil mencapai bumi-karena memiliki dimensi yang besar sebelum masuk ke atmosfer bumi-disebut meteorit. Ada jutaan meteor memasuki atmosfer bumi setiap hari. Kebanyakan memang kecil-kecil seukuran batu kerikil, yang kalau dital dalam setahun saja bisa lebih dair 25 ton. Debu-debunya kerap menyatu dengna hujan, beberapa bahkan masuk perlahan tanpa terbakar.

Meteorit seukuran kepala tangan hingga buah kelapa atau yang lebih besar lagi biasanya meninggalkan jejak berupa pecahan batu sampai kerikil. Di Indonesia, mereka pernah dimukan di Pontianak, Bali, dan Tegal. Lebih besar lagi, meteorit itu umumnya berasal dari asteroid kecil bergaris tengah 5-10 meter atau lebih.

Meteor fenomenal dalam kurun seabad terakhir terjadi di Tunguska, Rusia, pada 1908. berasal dari asteroid bergaris tengah hingga 100 meter, meteorit menumbangkan pepohonan di hutan Siberia. Lokasi jatuhnya meteor di bumi belum bisa diprediksi. Polanya acak dan tidak ada wilayang khusus yang sering menjadi Bandar udaranya. Hitungan kasar para astronom dunia utnuk perulangan meteorit besar berkisar 2-12 tahun atau rata-rata dalam kurun enam tahun sekali.


Jutaan Meteor Menghujani Bumi

Baterai Magnet Berteknologi Nano

Tak sejalan dengan teknologi elektronika yang jauh berkembang, ternyata teknologi baterai yang disematkan pada perangkat-perangkat tersebut masih tertinggal. Hal inilah yang kemudian membuat para ahli mencoba berbagai alternative yang dapat dijadikan sumber energi pengganti baterai yang ada sekarang.

Diantara penelitian-penelitian tersebut, muncul sebuah temuan baru yang disebut baterai spin (berputar) yang dikembangakan oleh para peneliti dari Universitas Miami, Amerika Serikat serta Universitas Tokyo dan Tohoku, Jepang. Baterai spin merupakan baterai yang dapat diisi ulang dengan menerapkan sistem ladang magnit menjadi nano-magnit pada sebuah perangkat yang disebut ‘magnetic tunnel junction’ (MTJ).


Teknologi baru ini merupakan sebuah langkah maju dimana diyakini akan menghasilkan baterai dengan lebih cepat, lebih murah dan menggunakan sedikit energi dari arus yang telah ada sebelumnya. Dimasa depan baterai baru ini dapat dikembangkan untuk menghidupkan sebuah mobil atau perangkat lainnya.
Rahasia dari teknologi ini terletak pada penggunaan magnet nano untuk mempengaruhi kekuatan elektromotif. Sebenarnya teknologi ini menggunakan prinsip yang sama seperti halnya baterai konvensional. Bedanya, bila pada baterai konvensional energi yang disimpan menggunakan bentuk energi kimia dimana ketika dijalankan reaksi kimia akan terjadi dan mengahasilkan energi listrik. Sedangkan teknologi baru ini mengkonversikan energi magnetic menjadi energi listrik tanpa adanya reaksi kimia. Arus listrik yang dibuata dalam proses ini disebut ’arus polarisasi spin’ dan disebut sebagai teknologi baru dengan nama ‘spintronik’.



Dengan menggunakan teknologi spintronik, energi disimpan bukan melalui reaksi kimia melainkan pada sebuah magnit. Jadi tidak ada reaksi kima yang terjadi karena baterai spin akan membuat ladang magnit yang besar. Teknologi ini dianggap lebih potensial dibanding teknologi apapun yang pernah ditemukan sebelumnya. Bahkan menurut salah satu peneliti, mereka telah mengantisipasi efek yang ditimbulkan dengan penerapan teknologi ini. Hanya saja dengan teknologi ini, voltase yang dihasilkan menjadi seratus lebih besar dalam waktu puluhan menit dan mengahasilkan voltase yang berbeda dalam waktu milidetik. Ini diluar dari perhitungan teoritis yang saat ini dipahami.



Namun setidaknya temuan baru ini dapat menjelaskan lebih jauh bagaimana cara ekrja magnet dan aplikasinya dalam hal penggunaan MTJ sebagai elemen elektronik yang bekerja dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan transistor konvensional. Meski perangkat aktualnya memiliki diameter seperti halnya rambut manusia, namun energi yang disimpan secara potensial mampu menjalankan sebuah mobil sampai beberapa mil jauhnya.



Belum diketahui kapan teknologi baterai ini akan diterapkan pada perangkat elektronik komerial.



Baterai Magnet Berteknologi Nano

Gen Pengaruhi Kemampuan Mengemudi

science news
Tak usah menyumpahi pengemudi yang mengendarai mobilnya keluar-masuk jalur di depan anda. Para ilmuwan Amerika Serikat menyatakan orang tersebut memang tak bisa mengemudi dengan baik akibat kelainan komposisi gennya.

Mereka menemukan bahwa orang dengan varian gen tertentu memiliki kemampuan mengemudi 20 persen lebih buruk dalam sebuah tes menyetir disbanding orang dengan untauian gen berbeda. Studi tersebut mungkin dapat menjelaskan mengapa begitu banyak orang yang tidak bisa mengemudi dengan baik di luar sana.

Tim ilmuwan dari University of California Irvine menemukan sekitar 30 persen warga Amerika memiliki varian tersebut. orang-orang tersebut membuat lebih banyak kesalahan mulai garis awal, dan mereka lupa lebiha banyak daripada apa yang dipelajari setelah beberapa saat. Dalam penelitian ini, peneliti meminta mereka mengemudi 15 putaran pada sebuah simulator dan mengulangi tugas itu sepekan kemudian. Ternyata orang yang memiliki gen mutan menunjukan kemampuan mengemudi yang semakin buruk secara konsisten.

Gen itu mengendalikan sejenis protein yang disebut factor neurotrophic derivasi otak, yang mempengaruhi ingatan. Sebetulnya penelitian ini tidak bermaksud mengungkapkan pengaruh gen terhadap kemampuan mengemudi seseorang. Mereka memilih tes mengemudi itu karena ujian tersebut menggunakan kemampuan umum.

Gen Pengaruhi Kemampuan Mengemudi